Sejarah Pemberontakan Pasca Kemerdekaan RI
Sejarah Pemberontakan Pasca Kemerdekaan RI
Pergolakan atau pemberontakan dalam negeri terjadi akibat keputusan yang
dihasilkan Konferensi Meja
Bundar (KMB), yang
dibentuklah suatu Negara federal atau negara serikat yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri dan beberapa Negara bagian
yaitu Republik Indonesia Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan,
Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Indonesia Timur, dan 9 satuan
kenegaraan. Banyak rakyat Indonesia yang tidak setuju dengan pembentukan RIS
tersebut sehingga mereka ingin membubarkan diri. Kekecewaan dan aksi protes
terhadap pembentukan negara boneka atau Negara bagian tersebut diwujudkan
dengan munculnya aksi pemberontakan yang dilakukan oleh beberapa kelompok. Berikut Sejarah Pemberontakan Pasca
Kemerdekaan RI ini:
Pemberontakan PKI Madiun 1948
Pemberontakan ini terjadi pada
tanggal 18 September 1948 yang dipimpin oleh Muso. Tujuan dari
pemberontakan PKI Madiun adalah
ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan komunis serta ingin mendirikan Soviet
Republik Indonesia. Pemberontakan PKI Madiun melakukan aksinya dengan menguasai
seluruh karesidenan Pati. PKI juga melakukan pembunuhan dan penculikan ini
secara besar-besaran. Pada tanggal 30 September 1948, pemberontakan PKI Madiun
berhasil ditumpas oleh TNI yang dibantu oleh rakyat. Di bawah pimpinan Kolonel
Gatot Subroto (Panglima Divisi H Jawa Tengah bagian timur) dan Kolonel
Sungkono (Panglima Divisi Jawa Timur) mengerahkan kekuatan TNI dan polisi untuk
melakukan pengejaran dan pembersihan di daerah-daerah sehingga Muso dan Amir
Syarifuddin berhasil ditembak mati.
Gerakan Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia (DI/TII)
Pemberontakan DI/TII dilakukan di berbagai daerah di Jawa yaitu,
§
Daerah Jawa Barat: Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan (SM) Kartosuwiryo yang
memiliki cita-cita untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Cita-citanya
membentuk Negara Islam Indonesia (NII) diwujudkan melalui Proklamasi yang
dikumandangkan pada tanggal 7 AgustuS 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. Untuk
mengatasi pemberontakan yang dilakukan oleh Kartosuwiryo, Pasukan TNI dan
rakyat menggunakan Operasi Pagar Betis di Gunung Geber. Akhirnya, pada tanggal
4 Juni 1962 Kantosuwiryo berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
§
Daerah Sulawesi Selatan: Pemberontakan
DI/TII di Sulawesi Selatan dipmpin oleh Kahar Muzakar. Pemberontakan
ini disebabkan oleh Kahar Muzakar yang menempatkan laskar-laskar rakyat
Sulawesi Selatan ke dalam Iingkungan APRlS (Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat) dan Ia berkeinginan untuk menjadi pimpinan dan APRIS. Pada tanggal 17
AgustuS 1951, Kahar Muzakar bersama dengan pasukannya melarikan diri ke hutan
dan pada tahun 1952 ia mengumumkan bahwa Sulawesi Selatan menjadi bagian dari
Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo di Jawa Barat. Penumpasan terhadap
pemberontakan yang dilakukan oleh Kahar Muzakar mengalami kesulitan sebab
tempat persembunyian mereka berada di hutan yang ada di daerah pegunungan. Akan
tetapi, pada bulan Februari 1965 berhasll ditumpas oleh TNI dan Kahar Muzakar
ditembak mati.
§
Daerah Aceh: Pemberontakan DI/TII diAceh dipimpin
oleh Daud Beureuh yang merupakan mantan Gubernur Aceh.
Pemberontakan ini disebabkan oleh status Aceh yang semula menjadi daerah
istimewa diturunkan menjadi daerah karesidenan di bawah Provinsi Sumatra Utara.
Kebijakan pemerintah tersebut ditentang oleh Daud Beureuh sehingga pada tanggal
21 September 1953 ia mengeluarkan maklumat tentang penyatuan Aceh ke dalam
Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo. Pemeiintah Republik Indonesia
memberantas pemberontakan ini di Aceh dengan kekuatan senjata atau operasi
millter dan melakukan musyawarah dengan rakyatAceh, sehingga pada tanggal 17-28
Desember 1962 diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh dan melalui
musyawarah tersebut maka berhasil dicapal penyelesaian secara damai.
§
Daerah Kalimantan Selatan: Pemberontakan DI/TII
di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar yang menamakan
gerakannya dengan sebutan Kesatuan Rakyat yang Tertindas. Pada tahun 1945, lbnu
Hajar secara resmi bergabung dengan Negara Islam Indonesia dan ditunjuk sebagai
panglima tertinggi TIM (Tentara Islam Indonesia). Pada tahun 1963, pemerintah
Indonesia berhasil menumpas pemberontakan ini, Ibnu Hajar dan anak buahnya
berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Gerakan Angkatan
Perang Ratu Adil (APRA)
Gerakan APRA dipimpin
o!eh Kapten Raymond Westerling. Gerakan ini didasari o!eh
adanya kepercayaan rakyat akan datangnya seorang ratu adil yang akan membawa
mereka ke suasana aman dan tenteram serta memerintah dengan adil dan bijaksana.
Tujuan gerakan APRA adalah untuk mempertahankan bentuk negara federal di
Indonesia dan memiliki tentara tersendiri pada negara bagian RIS. Pada tanggal
23 Januan 1950, pasukan APRA menyerang Kota Bandung serta melakukan pembantaian
dan pembunuhan terhadap anggota TNI. APRA tidak mau bergabung dengan Indonesia
dan memilih tetap mempertahankan status quo karena jika bergabung dengan
Indonesia mereka akan kehilangan hak istimenya. Pemberontakan APRA juga
didukung oleh Sultan Hamid II yang menjabat sebagal menteri
negara pada Kabinet RIS. Pemberontakan APRA berhasil ditumpas melalui operasi
militer yang dilakukan oleh Pasukan Siliwangi.
Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan RMS
(Republik Maluku Selatan) dipimpin oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven
Soumokil yang menolak terhadap pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Mereka ingin merdeka dan melepaskan diri dan wilayah Republik
Indonesia karena menganggap Maluku memiliki kekuatan secara ekonomi, politik,
dan geografis untuk berdiri sendiri. Yang menjadi penyebab utama munculnya
Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) adalah masalah pemerataan jatah
pembangunan daerah yang dirasakan sangat kecil, tidak sebanding dengan daerah
di Jawa. Pemberontakan ini dapat diatasi melalui ekspedisi militer yang
dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang (Panglima Tentara dan
Teritorium Indonesia Timur). Melalui ekspedisi militer, beberapa wilayah
penting dapat dikuasai seperti Maluku, Ambon, dan sekitarnya, sehingga beberapa
anggotanya banyak yang melarikan diri ke Negeri Belanda.
Pemberontakan PRRI/Permesta (Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta)
Pemberontékan
PRRI/Permesta terjadi di Sulawesi yang disebabkan oleh adanya hubungan yang
kurang harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal itu
dikarenakan jatah keuangan yang diberikan oleh pemerintah pusat tidak sesual
anggaran yang diusulkan. Hal tersebut menimbulkan dampak ketidakpercayaan
terhadap pemerintah pusat. Selanjutnya dibentuk gerakan dewan yaitu,
§
Dewan Banteng di Sumatera Tengah dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
§
Dewan Gajah di Sumatera Utara dipimpin oleh Letkol Simbolon.
§
Dewan Garuda di Sumatera Selatan.
§
Dewan Lambung Mangkuratdi Kalimantan Selatan.
§
Dewan Manguhi di Sulawesi Utara dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual.
Puncak pemberontakan
ini terjadi pada tanggal 10 Februari 1958, Ketua Dewan Banteng mengeluarkan
ultimatum kepada pemerintah pusat. Isi ultimatum tersebut adalah menyatakan
bahwa Kabinet Djuanda harus mengundurkan diri dalam waktu 5 x
24 jam. Setelah menerima ultimatum tersebut, pemerintah pusat bertindak tegas
dengan cara memberhentikan secara tidak hormat Achmad Husein dan
melakukan operasi militer pada tanggal 12 Februari 1958. Di bawah pimpinan KSAD
A. H. Nasution membekukan komando daerah millter Sumatra Tengah serta
mengadakan operasi militer gabungan yang diberi nama operasi 17 Agustus yang
berhasil menghancurkan gerakan separatis tersebut. Namun, pada tanggal 15
Februari 1955 terjadi proklamasi PRRI yang berisi bahwa daerah Sulawesi Utara
dan Sulawesi Tengah memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat. Untuk
mengatasi pemberontakan yang dilakukan PRRI, pemerintah pusat melancarkan
operasi Sapta Marga dan berhasil melumpuhkan aksi dilakukan PRRI/Permesta.
Pemberontakan berdasar Ideologi Negara
Pemberontakan yang dilakukan
dengan tujuan membentuk Negara Islam Indonesia (NII) dan dasar
konstitusionalnya menggunakan hukum Islam. Pendukung dari gerakan NII adalah
MMC (Merapi Merbabu Compleks) dengan wilayah pergerakannya meliputi daerah
Magelang, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Pemberontakan ini
berhasil diatasi. Pemimpinnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Sekian uraian
tentang Sejarah Pemberontakan
Pasca Kemerdekaan RI, semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar